Logo IAIC |
Selang beberapa menit, pemateri pertama yang terhidangkan adalah dari seorang Dosen IAIC sendiri; seorang penulis dan kaligrafer juga seorang pengisi salah satu rubrik di Koran Radar Tasikmalaya dan Koran Priangan. Adalah beliau itu Bapak Asep Majidi Tamam, S.Ag, M.Ag, satu tapi pasti menjadi tokoh paling berperan bagi perkembangan mahasiswa PBA IAIC. Pak "Tamam' begitulah sapaan akrabnya, mengungkapkan beberapa pengalaman beliau dalam dalam dunia kepenulisan. Diantaranya, diceritakan bahwa ada kenikmatan tersendiri ketika dirinya benar-benar menjadi seorang penulis. Meskipun, disadari atau tidak bahwa dewasa ini profesi menulis sudah menjadi pekerjaan dari hampir setiap orang. Dengan analoginya beliau mengatakan, ‘’Ayo bayangkan! Bukankah kalian semua suka sms-an dan bikin status di facebook?..’’ tanya beliau meyakinkan tanpa perlu jawaban. maksudnya para peserta dituntut supaya pekerjaan yang biasa kita lakukan menjadi hal yang luar biasa berdaya guna. Karena tidak sedikit fakta menunjukkan, bahwa dengan tulisan seseorang diakui dan menjadi pribadi yang dikagumi dengan sendirinya.
***
Komunitas Matapena |
Satu demi satu dari mereka mulai menyapa dan memperkenalkan diri pada seluruh peserta yang hadir. Tercipta satu kesan bagiku tentang mereka, Semua punya gaya, semua punya warna, semuanya nampak saling melengkapi perjuangan dan cita-cita. Kata-kata itulah yang cocok untuk menggambarkan mereka dengan singkat dan padat tanpa gaze. Apalgi mereka pandai menyembunyikan gambar wajah kelelahan. Semua menyapa dan semua tersenyum menciptakan keakraban yang tidak tergantikan. Membuat semua para peserta tidak canggung untuk bercagur ria dengan mereka ataupun bertanya, meski tetap pada batasan-batasan dan kode etik keakraban.
Memang terlalu panjang jika harus diceritakan. Namun sebenarnya, agenda demi agenda acara dan beragam kegiatan kejurnalistikan berjalan bak ombak di tengah lautan sampai ke pantai selama tiga hari. Sehingga, beragam teori yang tamat kami dapat seperti terlalu hemat, apalagi awalnya lambat dan bertele-tele bahkan kadang meleset namun sesekali melesat. Bahkan sejumlah peserta merasa bahwa materi yang disampaikan terasa tumpang tindih dan juga agak ngalor ngidul. Sekalipun begitu, mungkin memang begitulah caranya. Biarlah.
Maka sampailah pada teori dan praktek yang terakhir harus diajarkan yaitu seputar layout. Pekerjaan inilah yang merupakan pekerjaan terakhir di dunia kejurnalistikan, kata mereka. Jadi, ketika semua data dan fakta telah ditelaah dan diolah. Saatnya semua data di layout, dihadirkan dalam racikan tampilan menarik berisikan beragam ulasan berita dan karya, sesuai dengan pos masing-masing disetiap rubrik. Tapi jangan dikira bisa dikerjakan secara cepat. Justru, pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu berjam-jam untuk setiap halaman. Keterangan ini didapat, seperti pengalaman yang diungkap Mas Rokhim sang layouters yang suka baca dan bikin puisi. Menurutnya, proses ini haruslah benar-benar matang. Sebelum menjadi majalah atau buletin yang siap untuk dinikmati. Terlebih dahulu, semua data itu harus dikemas semenarik dan seenergik mungkin. Barulah setelah proses ini rampung maka majalah siap dicetak pada penerbit dan disebarluaskan pada khalayak pembaca yang budiman.
Maka sampailah pada teori dan praktek yang terakhir harus diajarkan yaitu seputar layout. Pekerjaan inilah yang merupakan pekerjaan terakhir di dunia kejurnalistikan, kata mereka. Jadi, ketika semua data dan fakta telah ditelaah dan diolah. Saatnya semua data di layout, dihadirkan dalam racikan tampilan menarik berisikan beragam ulasan berita dan karya, sesuai dengan pos masing-masing disetiap rubrik. Tapi jangan dikira bisa dikerjakan secara cepat. Justru, pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu berjam-jam untuk setiap halaman. Keterangan ini didapat, seperti pengalaman yang diungkap Mas Rokhim sang layouters yang suka baca dan bikin puisi. Menurutnya, proses ini haruslah benar-benar matang. Sebelum menjadi majalah atau buletin yang siap untuk dinikmati. Terlebih dahulu, semua data itu harus dikemas semenarik dan seenergik mungkin. Barulah setelah proses ini rampung maka majalah siap dicetak pada penerbit dan disebarluaskan pada khalayak pembaca yang budiman.
Pada acara penutupan (03/03) hadir seorang putri seniman ternama bernama Acep Zam-Zam Nur; Imana Tahira. Dengan penjiwaan yang hebat dibacakannya bait-bait puisi sang Ayah. Pada penutupan itu dihadiri juga oleh Pak Tamam. Beliau seperti menyaksikan semangat baru para peserta pada titik akhir acara itu. Berharap taget pembuatan majalah ditiap jurusan dapat terwujud, terutama di prodi PBA.
Selanjutnya kakak-kakak Matapena menutup acara dengan berbagi beragam judul buku karya Matapena. Seluruh peserta yang hadir mendapat jatah masing-masing. Penulis pun sempat meminta tanda tangan keempat kakak pelatih itu dan bercanda serta berfoto ria, yaitu mas khanif, mas Rokhim, kang Jajang Husni dan teteh Halimah. Dari awal sampai akhir suasana akrab benar-benar melekat penuh berkah. Akhirnya acara pelatihan resmi selesai sekitar sepuluh menit sebelum adzan magrib.
Selanjutnya kakak-kakak Matapena menutup acara dengan berbagi beragam judul buku karya Matapena. Seluruh peserta yang hadir mendapat jatah masing-masing. Penulis pun sempat meminta tanda tangan keempat kakak pelatih itu dan bercanda serta berfoto ria, yaitu mas khanif, mas Rokhim, kang Jajang Husni dan teteh Halimah. Dari awal sampai akhir suasana akrab benar-benar melekat penuh berkah. Akhirnya acara pelatihan resmi selesai sekitar sepuluh menit sebelum adzan magrib.
’’Kakak-kakak mata pena aku salut dan aku bahagia lelah pun tiada mengapa.’’
Sebuah kalimat sesaat yang terucap spontan sebelum menuju satu titik akhiri ulasan sederhana ini. Tidak lupa kami mengucapkan, hatursyukron wa arigato atas ilmu dan pengalamannya. Jazakumullah.
Sebuah kalimat sesaat yang terucap spontan sebelum menuju satu titik akhiri ulasan sederhana ini. Tidak lupa kami mengucapkan, hatursyukron wa arigato atas ilmu dan pengalamannya. Jazakumullah.
SOCIALIZE IT →